jangan menyisakan makanan dalam piring karena itu perbuatan
Bilaselesai dari makan lalu masih tersisa di pinggir piring sisa-sisanya mereka tidak menghabiskannya. Perbuatan seperti ini menyelisihi perintah Nabi Muhammad ﷺ!" (Syarah Riyadhus Shalihin, III/532) Semoga kita tergolongkan dalam pihak yang menerapkan semua sunnah Nabi Muhammad ﷺ lalu mengajak serta orang lain padanya. Wallahu A'lam Bishawab.
Ketikamakan hendaknya menghabiskan makanan kita dan tidak menyisakan makanan di piring, meskipun itu hanya sebutir. Menyisakan makanan dan membuangnya termasuk perbuatan tercela dalam Islam karena hal itu termasuk perbuatan menyia-nyiakan harta dan nikmat Allah. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Allah benci terhadap tiga hal, yaitu berita palsu atau gosip, menyia-nyiakan harta atau makanan
Dankalau ternyata barokah yang diberikan oleh Tuhan terdapat pada sisa makanan itu, sama saja dengan menyia - nyiakan barokah dari Tuhanmu. Dari Jabir: "Rasul SAW menganjurkan supaya membersihkan sisa makanan di piringnya atau jarinya, sabdanya: "Kalian tiada tahu pasti, di bagian manakah makananmu yang mengandung berkah itu"(HR.Muslim).
Menyisakanmakanan dan membuangnya termasuk perbuatan tercela dalam Islam karena hal itu termasuk perbuatan menyia-nyiakan harta dan nikmat Allah. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Allah benci terhadap tiga hal, yaitu berita palsu atau gosip, menyia-nyiakan harta atau makanan, dan banyak meminta.
Pasalnya masrakat Indonesia masih sering menyisakan makanan bekasnya di piring. Entah itu karena kekenyangan atau tidak berminat lagi memakannya. Namun alhasil makanan itu terbuang sia-sia.
Wo Kann Ich Nette Leute Kennenlernen. Saya sebagai manusia kadang miris ketika melihat di warung-warung banyak makanan yang tersisa di piring mereka. Ternyata di sekitar kita masih banyak orang yang tega menyia-nyiakan makanan yang merupakan salah satu rejeki titipan dari yang di Atas. Berikut saya paparkan beberapa alasan kenapa kamu tidak boleh menyisakan makanan. Mari kita simak. 1. Menghargai Perjuangan Mereka Apakah kamu tahu bahwa nasi kamu yang kamu makan itu adalah hasil peluh keringat bapak petani yang dari pagi sampai sore bekerja di sawah ? Beliaulah salah satu orang yang berjasa agar kita masih dapat hidup di dunia ini, dengan apa ? ya, dengan tanaman yang mereka tanam untuk kita konsumsi selama ini. Masih maukan kamu menyia-nyiakan sepiring nasi yang terhidang hari ini ? Masih tegakah dirimu menyia-nyiakan hasil kerja keras mereka ? 2. Banyak yang Tidak Bisa Makan Di saat kamu menyisakan dan membuang makananmu, di luar sana entah dimana ada seorang anak yang sedang mengais roti dari tempat sampah hanya untuk mengganjal perut. Disaat kamu bingung hari ini mau makan apa, mereka juga bingung apakah besok masih bisa makan? Dengan kamu menyisakan makanan itu seperti kamu tidak ada rasa empati terhadap mereka-mereka yang masih kurang beruntung. 3. Sumberdaya Kita Terbatas! Pasokan sumberdaya khususnya pangan di dunia ini terus terdesak. Bahkan ada yang memperkirakan bahwa nantinya konsumsi akan melebihi produksi pangan. Padahal makanan yang kamu buang sia-sia itu bisa saja harusnya didistribusikan di tempat lain yang benar-benar kekurangan pasokan makanan. Kalau ada yang menyanggah “ini uang gue kok, lu yang sewot”, iya bener itu uang kamu, tapi kamu juga harus tau bahwa makanan yang kamu buang itu sumberdaya kita bersama yang terbatas bung! 4. Uang yang Sia-Sia Bayangin aja kalau andai aja tiap biji beras itu harganya 1 rupiah dan selama sebulan kamu udah buang-buang 50 ribu biji beras, kan lumayan juga vroh. Gitu-gitu itu duit juga yang kamu atau bapakmu cari susah payah. Kecuali kalo koruptor sih, nyari duitnya gampang, pasti duit segitu kaga ada apa-apanya 😛 . 5. Nambah-Nambahin Sampah Kalian tau sendiri kan kalau lahan buat buang alias TPA itu makin lama makin dikit. Lahan di dunia ini kaga bisa nambah lagi, kecuali kalau kamu mau tambah tanah kaplingan di mars. Semakin banyak sisa makanan yang terbuang otomatis jumlah sampah pasti meningkat. Jumlah sampah meningkat, otomatis lebarin lahan TPA yang udah sesak itu. 6. Salah Satu Anugrah Dan terakhir kamu harus menyadari bahwa adanya bahan makanan ini merupakan salah satu anugrah terindah dari Yang Maha Kuasa. Kita tidak boleh menyia-nyiakan apa yang telah diberikanNya kepada kita. Manfaatkan baik-baik sumberdaya yang ada sebagai rasa syukur atas anugrah yang ada. Akhir Kata Itulah beberapa alasan kenapa kamu tidak boleh menyisakan makanan yang kamu makan. Syukuri yang ada dan tetaplah sederhana. Salam Edan!
› Riset›Jangan Membuang Makanan! Kehilangan dan pemborosan makanan tidak hanya berdampak pada ketahanan dan keamanan pangan. Namun, hal itu juga bisa memberi kontribusi pada krisis lingkungan, khususnya pada perubahan iklim. Kompas/Priyombodo Pemberitahuan kepada warga yang hendak menikmati makanan dan minuman gratis dari relawan Sahabat Sedekah di kawasan Perumahan DKI Joglo, Jakarta Barat, Jumat 28/8/2020.Masih ingat dengan peringatan orang tua untuk selalu menghabiskan makanan yang kita santap di piring? Berbagai peringatan muncul dari orang tua. Seperti ”Ayo makanan dihabiskan, nanti ayamnya mati” atau ”Jangan membuang sebutir nasi, nanti nasinya nangis”. Saat itu, kita menuruti wejangan tersebut tanpa tahu artinya hingga membawa kebiasaan tersebut sampai orang tua tersebut benar. Intinya, jangan pernah membuang makanan yang telah disediakan oleh orang tua dengan susah payah. Mitos ayam peliharaan akan mati karena zaman dulu ayam masih mahal harganya dan anak-anak umumnya memiliki ayam peliharaan. Juga dengan nasi yang menangis terkait dengan membuang berkat yang sudah didapat. Namun, tanpa disadari masih ada kebiasaan buruk kita membuang makanan. Bisa sisa makanan di atas piring ataupun di alat masak. Bisa juga makanan yang membusuk di lemari pendingin sehingga tidak bisa ”Memperkuat Ketahanan Pangan melalui Pengurangan Pemborosan Pangan Ketut&Ahmad, 2012” juga menyebutkan perkiraan berapa ton beras yang terbuang jika setiap penduduk Indonesia menyisakan nasi satu butir di atas piringnya. Dalam 1 kilogram beras ada 50 butir nasi. Jika setiap kali makan satu butir nasi tersisa, berarti dalam sehari ada tiga butir yang akan terbuang. Diperkirakan dengan 250 juta penduduk, akan ada 15 ton per hari atau ton per tahun beras yang akan baru perkiraan di Indonesia. Bagaimana dengan negara lain? Organisasi Pangan dan Pertanian FAO menyebutkan, sepertiga makanan yang diproduksi atau sepertiga miliar ton makanan akan terbuang begitu saja. FAO juga mencatat, masyarakat di Eropa dan Amerika Utara menyia-nyiakan 95-115 kilogram makanan setiap tahun. Limbah makanan dari Afrika, Asia Selatan, dan Asia Tenggara berkisar 6-11 kilogram per dari laman The Guardian, hasil kajian Waste and Resources Action Programme WRAP, lembaga pengolah limbah di Inggris, 3,6 miliar ton makanan dibuang atau dimakan ternak setiap tahun dan lebih dari 10 kali sampah makanan dibuang oleh pedagang. Jika dihitung dengan uang, lebih dari 1 triliun poundsterling nilai makanan menjadi sampah sebelum mencapai juga Baznas Ajak Hotel dan Restoran Kurangi Sampah MakananSampah makananApa yang digolongkan sebagai sampah makanan food waste? FAO 2013 mendefinisikannya sebagai produk pangan yang masih layak untuk dikonsumsi ataupun yang telah rusak atau kedaluwarsa, tetapi dikeluarkan dari rantai pasok karena perilaku ekonomi dan manajemen stok yang buruk atau kelalaian. Sampah makanan terdiri dari food waste pemborosan pangan dan food loss kehilangan pangan yang keduanya memiliki arti dan kehilangan pangan ini menjadi salah satu indikator dari Indeks Keberlanjutan Pangan Food Sustainability Index yang diterbitkan oleh The Economist Intelligence Unit EIU bekerja sama dengan Barella Center for Food & Nutrition. Indeks ini diterbitkan mulai 2016 dan perhitungan sudah dilakukan hingga Indonesia untuk indikator ini terbesar dibandingkan dua indikator lain, yakni 61,4. Nilai tersebut masuk kategori buruk dan menduduki peringkat ke-53 dari 69 demikian, skor tersebut sudah menunjukkan perbaikan dari skor tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2016, nilainya 32,53 dan tahun 2017 sebesar 42, tiga tahun berturut-turut, posisinya bergantian dengan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Catatan Barilla 2017, setiap tahun masyarakat Indonesia membuang sampah makanan 300 kilogram. Adapun Saudi Arabia lebih banyak lagi, yakni 427 RADITYA MAHENDRA YASA Warga menjemur sisa nasi untuk diolah lagi menjadi makanan di Kampung Nelayan Tambaklorok, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa 28/4/2020. Berbagai cara dilakukan warga untuk dapat bertahan di tengah perekonomian yang sulit seperti saat juga Rapor Merah Keberlanjutan PanganKehilangan panganFood loss atau kehilangan pangan mengacu pada produk pangan yang terbuang sebelum sampai kepada pelanggan, seperti gagal panen dan ikan di laut yang teracuni. Nilai indeks 2018 sebesar 57,4, lebih rendah dibandingkan pemborosan indeks terendah disumbang oleh subindikator persoalan distribusi pangan terkait infrastruktur 25 persen. Bisa jadi nilai ini akan meningkat di masa pandemi terkait dengan terganggunya distribusi hasil pertanian karena ada pembatasan wilayah di beberapa sisi lain, permintaan konsumen di pasar yang berkurang juga mengakibatkan penumpukan produksi pertanian di beberapa sentra pertanian. Penurunan ini terkait dengan daya beli yang rendah karena pendapatan penduduk berkurang. Selain itu, sektor hotel, restoran, dan katering juga tutup. Penumpukan ini berpengaruh pada merosotnya harga pertanian di tingkat itu, menurut penelitian ”Memperkuat Ketahanan Pangan melalui Pengurangan Pemborosan Pangan”, kehilangan pangan di Indonesia umumnya terjadi sepanjang proses produksi dan rantai pangan, sejak dari tahap kegiatan produksi bahan mentah pangan usaha tani, pascapanen, hingga pengolahan. Nilai indeks subindikator proses produksi tersebut mencapai 97,3 pangan yang relatif besar umumnya terjadi pada bahan pangan dalam bentuk masih segar, seperti sayur. Adapun pada awal terjadi perubahan bentuk, seperti padi menjadi beras, jagung tongkol menjadi jagung pipilan, dan sayuran dalam bentuk tersebut juga menyebutkan, kehilangan pangan terbesar di dunia dari umbi-umbian, yakni 40 persen. Saat panen umbi, petani sulit mengenali tingkat kematangan umbi karena ada di bawah tanah. Jadi, umbi yang sebenarnya belum matang berpotensi ikut pangan kedua berasal dari buah dan sayuran yang mencapai 37,6 persen. Buah dan sayur lebih cepat membusuk. Jika membusuk, buah dan sayur tersebut di pasar tidak laku dan terbuang begitu EL HADAD Seorang warga di wilayah Sahel, Afrika. Lebih dari 5 juta warga di wilayah itu saat ini terancam kelaparan berat di tengah mulai merebaknya pandemi Covid-19 dan ancaman kekerasan panganBerbeda dengan kehilangan pangan yang terjadi di tingkat produsen, food waste atau pemborosan pangan terjadi pada konsumen. Semua produk makanan yang siap diolah atau disajikan untuk dikonsumsi, jika tidak habis, akan menjadi subindikator pemborosan pangan atau disebut end-user waste tercatat 69,6. Nilai terendah dari subindikator tersebut adalah aspek kebijakan untuk mengatasi food waste 44,4 persen, pengurangan food waste 50 persen, serta institusi yang mengurusi food waste mencapai 50 indeks Barilla tersebut benar. Sampai saat ini, upaya pemerintah masih sangat minim dalam mengatasi masalah pemborosan pangan. Hal ini karena tidak ada regulasi yang mengatur food waste. Regulasi terkait pangan berupa Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2017 mengenai Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi baru akan direvisi tahun ini. Menurut rencana, perpres tersebut akan mengatur mengenai kehilangan dan pemborosan dan Ahmad 2011 dalam penelitiannya menyebutkan, potensi pemborosan pangan sudah dimulai saat bahan pangan diperjualbelikan di tingkat pasar pengecer hingga tiba di rumah konsumen. Demikian juga dengan pangan yang terlalu lama disimpan di pasar karena tidak ada yang membeli atau pangan yang tersimpan lama di lemari pendingin konsumen. Sisa makanan di atas piring yang tidak dimakan pun bisa menjadi pemborosan pangan ini lebih pada gaya hidup dan ketidaktahuan bagaimana menyimpan makanan. Gengsi untuk menghabiskan makanan di depan orang banyak karena khawatir jika disebut banyak makan bisa menjadi ARIYANTO NUGROHO Wida 26, warga Kampung Adat Cireundeu, Leuwigajah, Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Jawa Barat, menyuapi anaknya, Tian 3, saat makan siang dengan menu nasi singkong serta lauk-pauknya, Jumat 23/9. Nasi singkong yang terbuat dari singkong yang digiling menjadi tepung ini menjadi makanan pokok warga kampung adat tersebut dan masih terjaga hingga Banyak tidak menyadari dampak buruk dari adanya limbah makanan yang diperoleh dari kehilangan ataupun pemborosan pangan. Anggapan yang muncul, sampah makanan adalah sampah organik sehingga akan lebih cepat terurai di alam dan tidak memberikan dampak ternyata sampah makanan ini juga meningkatkan gas rumah kaca yang memperburuk perubahan iklim. Sampah yang membusuk di TPA, menurut riset Barilla, akan menghasilkan gas metan, yakni gas rumah kaca yang 21 kali lebih berbahaya ketimbang karbon dioksida. Riset yang sama juga menyebutkan, mengurangi sampah makanan di Amerika 20 persen akan mengurangi 18 juta ton gas rumah kaca setiap pangan ini tanpa disadari bisa menyebabkan kerugian negara. Merujuk dari laman WRI Indonesia, FAO secara global memperkirakan, makanan bernilai sekitar 940 milliar dollar AS hilang atau terbuang setiap tahun di seluruh rantai pasokan itu, FAO juga melaporkan kerugian dari food loss and waste di sejumlah negara. Makanan bernilai sekitar 32 milliar dollar AS, misalnya, dibuang di China. Di Afrika Selatan, kerugian pascapanen bernilai 4 miliar dollar AS per tahun. Adapun limbah makanan di rumah tangga dan restoran di Amerika bernilai dollar AS per tahun dan sekitar dollar AS per tahun untuk rata-rata rumah tangga di lain yang cukup menonjol, hal ini berpengaruh pada ketahanan pangan. Penelitian Ketut dan Ahmad juga menunjukkan, pengurangan pemborosan pangan 25 persen akan bermanfaat meningkatkan 4,1 kilogram per kapita ketersediaan pangan beras di Indonesia dan 2,5 kilogram per kapita beras penduduk dunia. Indonesia sebenarnya berpotensi meningkatkan ketersediaan pangan hingga ton. Jika pemborosan pangan ini bisa ditekan sampai 50 persen, tambahan ketersediaan pangan dari beras di Indonesia bisa mencakup untuk sekitar 10 juta Patria Gupta Perumahan berdiri di areal yang sebelumnya berupa persawahan di Kecamatan Sukodono, Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat 17/1/2020. Keberadaan sawah yang menjamin keberlangsungan persediaan pangan terus terancam sejalan dengan meningkatnya permintaan lahan untuk hunian. Jawa Timur merupakan lumbung padi sisi lain, saat semakin banyak orang yang membuang makanan, masih banyak orang lain yang kelaparan. Nilai Indeks Kelaparan Dunia 2019 mencapai 20, masuk kategori ”serius”. Meski dalam lima kali penghitungan angka ini menunjukkan penurunan dan perbaikan data, masih ada beberapa negara di dunia yang nilai indeksnya lebih dari 35, bahkan 50, dengan kategori ”peringatan” dan ”peringatan ekstrem”. Beberapa di antaranya adalah Republik Afrika Tengah, Yaman, Chad, Madagaskar, Zambia, Liberia, Haiti, Timor Leste, dan masa pandemi ini, kehilangan pangan dari produksi pertanian harus segera teratasi. Dampaknya tak hanya merugikan petani yang berujung pada penurunan kesejahteraan petani. Namun, kondisi ini juga mengancam ketersediaan pangan karena bisa jadi petani akan mengurangi kualitas produksinya pada masa tanam sisi lain, kebiasaan membuang makanan yang siap disantap juga harus dikurangi. Kita tidak tahu sampai berapa lama usia pandemi ini. Pangan yang tersedia harus bisa dimanfaatkan dengan bijaksana. LITBANG KOMPAS
- Sebuah lukisan piring mengajarkan kita tak menyisakan makanan. Apakah kamu kerap menyisakan makanan? Karena kelewat kenyang, nafsu makan hilang, atau aktivitas lain. Bagi yang sering tidak melahap habis apa yang ada di piring, baiknya simak pesan dari lukisan piring yang satu ini. Beberapa waktu lalu, sempat heboh dan viral di media sosial tentang piring yang menyindir siapapun yang tidak menghabiskan makanan yang ada di atas piring. Baca Juga Lihat Struk Makanan Senilai Rp 106 Juta, Netizen Gagal Fokus ke Menu Ini Piring ini ramai diperbincangkan setetlah diunggah oleh netizen bernama Ummah Yusrotul melalui akun pribadinya UmmahYusrotul. Dalam postingan tersebut nampak dua foto piring dengan warna yang berbeda. Jika dilihat lebih dekat, kedua piring itu punya gambar yang sama yakni segerombolan orang yang tengah mengais sesuatu. Gambar yang terletak pada bagian tepi piring akan memberikan kesan seolah mereka mengais sisa makanan yang tidak dihabiskan oleh pemakai piring itu. Baca Juga 14 Benda Aneh Ini Ditemukan dalam Makanan, Masih Mau Makan? "Lukisan di piring inu sindir keras kamu yang suka menyisakan makanan," tulis Ummah dalam postingan yang viral di media sosial. Piring ini sindir yang suka menyisakan makanan. piring ini seolah mengingatkan kita untuk tidak membuang-buang makanan karena masih banyak orang di luar sana yang tidak seberuntung kita. Sekaligus, mengajarkan untuk bersyukur karena kita masih diberi kemudahan untuk meredakan rasa lapar. Baca Juga Kreatif Tanpa Batas, Netizen Jadikan Wadah Ini Buat Bekal Makanan Selepas dibagikan, postingan piring bertuah ini pun langsung mendapatkan respon beragam dari netizen. Bebebapa netizen kompak merasa tersindir dengan gambar di piring ini. "Piringnya bikin kita jadi tahu diri dan mensyukuri rejeki," tulis seorang netizen. "Merasa berdosa gue, harus punya ini piring biar inget," ujar netizen lain. Baca Juga Adu Mulut dengan Customer, Driver Ojol Malah Lempar Makanan "Buat kalian yang makan nya ngga bersih apalagi sisa banyak, wajib beli biar tahu diri, biar tahu bersyukur, biar ngga rakus alias serakah bin bahlul." "Tersindir," imbuh lainnya. Piring ini sindir yang suka menyisakan makanan. begitu, ada juga beberapa netizen yang salah fokus dengan makna gambar yang ada di piring. "Malah jadi pengen nyisain makanannya, biar gambarnya bisa makan," tulis netizen. "Jadi gak tega buat ngabisin, kalo makanannya habis lukisannya mau ngambil apa? Hampa," ujar netizen lain. "Maunya disisain banyak biar semua kebagian," imbuh netizen lainnya. Itulah lukisan piring yang viral di media sosial. Apakah kamu masih merasa tersindir juga dengan piring di atas? Jangan menyisakan makanan, ya! Fitri Asta Pramesti.
jangan menyisakan makanan dalam piring karena itu perbuatan